Satu Kata Buat Gambar Ini

Kisah Inspiratif, Dari Penatua...
(by. timredaksi)

Apa yang anda bayangkan ketika mendengar sebuah kata Penatua ? Tentu tidak jarang dari anda akan membayangkan seorang tua dengan kewibawaan, kebijaksanaan, kedewasaan, dll. Namun taukah anda, tidak semua Penatua seperti itu. Ada banyak sisi yang kita bisa lihat dari sosok seorang Penatua. Saya (penulis) akan sedikit memberi gambaran yang menunjukkan sosok Penatua versi saya (penulis). Kisah ini menjadi berkat bagi saya priadi, karena saya bertanya langsung atau mendapat penjelasan langsung dari yang bersangkutan. Namun, mohon maaf sebelumnya, tanpa maksud apapun, dan dengan tidak mengurangi rasa hormat, tidak ada pula maksud untuk menyanjung atau bahkan menjatuhkan secara berlebih, penulis hanya ingin bercerita, anda boleh setuju atau tidak.

Satu kata buat gambar ini...

 Iya, merekalah Penatua kami. Saya sangat salut dan hormat kepada beliau. Pernah saya bertanya:
"Apa hal yang paling berharga dalam hidup anda...?" Seorang dari bapak Penatua itu menjawab :
"Kita semua pasti memiliki hal yang paling berharga dalam hidup ini, mungkin kamu bisa berkata ketika kamu memiliki sebuah mobil mewah, maka mobil mewah itu lah yang menjadi hal paling berharga dalam hidupmu. Atau misalnya rumah mewah, emas, berlian, dsb... Dan hal yang paling berharga itu pastinya akan kamu jaga, kamu lindungi, bahkan kamu melakukan hal yang special terhadap hal yang paling berharga itu bukan...? Namun saya (Penatua1) pun juga memiliki hal yang paling berharga. Hal yang paling berharga menurut saya (Penatua1) ialah Gereja. Ketika kamu menempatkan Gereja di dalam hal yang paling tinggi dan berharga dalam hidupmu, itu sama artinya kamu menempatkan Gereja di atas segala harta benda yang berharga."

Di sini saya sejenak terdiam, termenung, & kagum atas apa yang dikatakan beliau. Bahkan, saya sudah membuktikannya dengan mata kepala saya sendiri. Gambar di atas sudah membuktikan betapa luar biasanya bapak Penatua kami. Seolah tak mempedulikan apapun, rasa malu, sungkan, atau enggan, tidak ada di dalam hatinya. Semua dilakukannya murni, hanya dan demi kemuliaan nama Tuhan, lewat Gereja yang beliau anggap sebagai hal yang paling berharga dalam hidupnya. Hal ini secara tidak langsung memberkati saya (penulis).

Kemudian saya bertanya kepada Penatua yang lain, "Tempat mana yang paling indah menurut anda?" (karena ketika itu Gereja habis ada acara ke sebuah pantai di daerah Mauk, lalu tak lama kemudian Gereja ke pantai di daerah Pacitan, tentu perbandingan pantai yang sangat kontras sekali). Lalu bapak Penatua yang lain itu menjawab : "Ada banyak sekali tempat / pantai bagus, namun apa gunanya jika pergi ke tempat bagus namun tidak dengan Gereja? Seolah semua itu ada yang kurang, aliyas sukacitanya seakan kurang komplit. Yang terpenting bukanlah tempat nya saja yang bagus, tetapi dengan siapa kamu berjalan (:Gereja). Jika pergi dengan Gereja, sukacita itu akan melimpah, bahkan di tempat yang kurang bagus sekalipun. Esensinya ialah jalan sama sama orang percaya yang mana di situ ada Kristus yang ada di tengah komunitas."

Di sini saya kembali terhenyak, bahkan sedikit terharu, dan dalam hati berkata ; 'iya juga ya...' Sebuah pola pikir yang jarang sekali saya temukan pada orang lain. Menurut saya, mereka belum tua-tua amat, bahkan saya sempat ragu dengan jabatan yang di embannya. Namun, saya kini mendapatkan jawabannya. Bukan pikiran manusia, melainkan pemikiran Kristus. Iya, merekalah Penatua kami, jangan lihat cover'nya, tapi biarkan mereka menjalani sesuai dengan panggilannya. Foto di atas saya ambil ketika Gereja sedang mengadakan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan gedung gereja, dengan sigap kedua penatua ini membersihkan & merapikan tanaman yang sudah mulai rindang, tanaman liar yang mulai menutupi pagar gedung gereja, rumput yang mulai tinggi, dll. Dengan kegigihannya mereka melakukan hal yang seharusnya dilakukan kita semua jemaat, (karena pada waktu itu yang datang tidak banyak, & karena sebagian lagi adalah tim warta & mempersiapkan yang lain). Spontan saya cepat-cepat mengambil ponsel dan mengabadikannya dalam gambar yang cukup langka ini, dan seraya berkata dalam hati, Penatua mana yang seperti ini... Ini baru Penatua gue... (hehehehee)

Sekali lagi, tanpa bermaksud subyektif, atau menyanjung berlebih, Saya hanya ingin berkata, saya salut, saya bangga, & saya bersyukur memiliki anda semua... Mungkin anda (pembaca) memiliki pendapat / komentar lain, silahkan, kami sangat menghargai & menghormati. Silahkan tulis di kolom komentar apabila anda memiliki pendapat berbeda / masukan lainnya. Kiranya cerita saya dapat menjadi berkat bagi anda semua, sama seperti saya mendapat berkat dari apa yang saya tulis ini. Tuhan Yesus memberkati...
Salam hormat...
GBU...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Sifat dalam Hukum Taurat : Berkat, Hidup, Kematian dan Kutuk

Ciptaan Yang Terlihat dan Tak Terlihat

Menghargai Hidup