Studi Jemaat Kolose PART 3

5/26/13, 2:23:16 PM: Gembala GMI Kurios Agung :

(RENUNGKAN). Khotbah GS ibadah Minggu pagi 26 Mei 2013  (sudah disempurnakan sbg bagian dari Studi KOLOSE..).

Kekristenan memiliki identitas di dalam Kristus. Tidak ada agama lain yang berani mengatakan bahwa mereka berada di dalam ilahnya, melainkan bersatu dengan ilahnya tetapi tidak memiliki relasi. Sebenarnya, ketika mereka bersatu dengan ilahnya, roh ilah mereka sedang merasuk. Kerasukan adalah penjajahan/ penguasaan dan bukan merupakan relasi. Iman Kristen bukan sekedar agama melainkan merupakan sebuah relasi. Di dalam kekristenan terlihat ciptaan yang berelasi dengan Sang Pencipta, yang ditebus berelasi dengan Penebus, manusia berelasi dengan Allah.

Roma 6:5: Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Roma 6:10: Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah. Ketika dikatakan bahwa kita berada di dalam Kristus, berarti kita bersatu dalam kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Percaya kepada Kristus adalah berbeda dengan berada di dalam Kristus. Percaya kepada Kristus seharusnya adalah percaya yang berada di dalam Kristus, tetapi ada percaya yang tidak berada di dalam Kristus, yaitu ketika kita mengaku percaya tetapi kita memperlakukan Dia sebagai ilah yang memberikan kelancaran/ kesembuhan/ apa yang baik menurut kita.

Kita harus senantiasa berhati-hati, bukan hanya di dalam dunia melainkan juga di dalam gereja, jangan-jangan kita tidak berada di dalam Kristus. Jemaat kita  tidaklah kebal terhadap kondisi di atas. Jemaat Kolose pada saat itu walau kuat tapi ditengah berada dalam kondisi sinkretis, mereka menyembah kuasa-kuasa ( malaikat-malaikat/ ilah-ilah para tentara langit). Jadi diperkirakan ada satu sayap mistis Yudaisme yang menyisip masuk ke antara mereka. Sinkretisme bukan sekedar religiositas melainkan merupakan sikap hati kita di hadapan Tuhan. Ketika ada allah lain dalam hati kita (bisa berupa diri kita sendiri ataupun materi), jangan-jangan kita telah menggantikan posisi Allah dalam hati kita, walaupun mungkin kita tidak pernah ke Gunung Kawi ataupun tempat ibadah yang lain atau menyembah berhala secara lahiriah; di saat itulah sinkretisme terjadi.

Jemaat Kolose adalah jemaat yang sungguh-sungguh beribadah kepada Allah, tetapi mereka juga jatuh ke dalam sinkretisme. Dalam hal ini, rasul Paulus tetap menyebut mereka sebagai saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus. Apakah Paulus tidak tahu akan sinkretisme yang dilakukan oleh jemaat Kolose, atau Paulus berkompromi dengan sinkretisme tersebut? Tidak! Paulus mau mengatakan bahwa walaupun jemaat Kolose sambil beribadah kepada Tuhan sambil menyembah ilah lain, mereka memiliki iman yang murni, dan Paulus bermaksud mengingatkan siapakah diri mereka di hadapan Allah.
Sebagai contoh, walaupun kita termasuk orang percaya, ketika kita pergi ke sebuah gedung perkantoran dan berada di lantai 4 maupun lantai 13, maka kita akan merasa sedikit tidak nyaman; ketika berada di tempat gelap kita merasa takut bukan terhadap penjahat melainkan terhadap hantu. Ketika kita merasa seperti di atas, sebetulnya siapakah allah yang kita sembah?
(GS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

4 Sifat dalam Hukum Taurat : Berkat, Hidup, Kematian dan Kutuk

Ciptaan Yang Terlihat dan Tak Terlihat

Menghargai Hidup